-->
OLEH :
Edelweis Ngelow
Amarah
Shandy sudah sampai ubun-ubun melihat kelakuan teman sekelasnya yang super
jail. Dia Albert, cowok yang entah kenapa ditakdirkan begitu jahil di muka bumi
ini. Minggu lalu albert diam-diam menukar nasi goring shandy di kantin dengan
nasi goring yang super pedas. Hari ini, Albert sukses ngebajak twitter Shandy
dengan nge-tweet kalimat konyol. Hihihi….
Dengan
langkah menahan amarah, Shandy berjalan keluar dari ruang kelasnya yang kosong
karena tak ada guru mengajar. Shandy terus beralan hingga berhenti didepan
gerbang, sekilas dilihatnya satpam sekolahnya sedang asyik menonton TV diminiTV
yang ada di pos penjaga. Maka dengan setengah mengendap, setengah tak peduli,
Shandy berjalan keluar sekolah. Dia tidak bermaksud bolos, hanya saja suasana
sekolah apalagi kelasnya, membuat shandy melewati gerbang deengan nekat.
Shandy
menyebrang jalan lalu sedikit berlari kesalah satu tempat favoritnya, café
Bamboo. Dengan langkah penuh percaya diri, dia melewati pintu kaca yang menjadi
sekat antara dirinya dan makanan favoritnya, grape shortcake. Di meja kasir,
segera dia sambut dengan ramah oleh Kak Rena, yang tak lain adalah wakil
manager di café itu.
“ Hai San,
tumben cepat amat datangnya?” Tanya Kak
Rena tersenyum ramah
“ Sumpek di
sekolah, apalagi di kelas, mending aku kesini, makan sekalian nenangin
pikiran.” Ucap shandy tak dapat menyembunyikan nada kesalnya.
“ Hmm
terserah kamu deh. Mau pesan apa? Menu biasa?” Tanya Kak Rena yang sudah akrab
dengan Shandy sejak Shandy menjadi pelanggan tetap di bakery dan cafenya itu.
“ Iya biasa
deh Kak. Tapi ditambah satu porsi di bungkus ya. Terima kasih Kak,” jawab
Shandy sambil membuka dompetnya. Lalu membayar pesanannya, mengambil makanannya
dan mencari tempat duduk.
Sambil menikmati
grape shortcake dan jus alpukat, Shandy mengingat bagaimana dia menjadi sangat
tertarik dengan café sekaligus bakery ini. Karena satu hal sederhana saja,
yaitu café ini menyediakan menu
kesukaannya: grape shortcake dan jus alpukat. Maka dengan senang hat, dia
menjadi salah satu pelanggan tetap di café ini.
Selain itu,
café ini juga sangat strategis karena dekat dengan SMA Harapan Bangsa sekolah
Shandy. Murid sekolah shandy tidak sedikit dan sekolah ini salah satu sekolah
favorit. Tak heran jika bukan hanya Shandy, tapi hampir semua warga sekolahnya
sudah pernah singgah ke café ini. Mengingat hal –hal itu, membuat Shandy lupa
sejenak pada kejadian di kelas tadi, lupa pada Albert.
***
Kring…Kring…Kring...Alarm
hello kitty Shandy membuat mata gadis itu terpaksa terbuka.
“ Jam berapa
sih? Perasaan baru tidur sebentar?” keluh Shandy dalam hati. Begitu melihat
jam, sontak dia bangun dengan kaget. Nggak menyangka akan seterlambat itu.
“ Jam 06.00?
Aduh telat! Mandi! Mandi!” dengan panic shandy menyambar handuknya dan melompat
ke kamar mandi.
***
Akhirnya
sampai juga di sekolah. Dengan panic, Shandy menyebrang lapangan basket yang
ada di antara lobby sekolah dan kelasnya. Sekolahnya tidak sepi-sepi amat,
masih ada beberapa kelas yang belum masuk. Tapi begitu melihat kelasnya sudah
sepi, segera shandy menambah kecepatan larinya, hingga BRUKK! Dia menabrak
seseorang.
“ Maaf,maaf,
saya lagi buru-buru, maaf pak,” kata shandy mengira orang yang ditabraknya
adalah salah seorang gurunya. Tapi, begitu melihat siapa yang ditabraknya, ia
jadi geram.
“Kamu?
Minggir, aku buru-buru nih!” seruduk Shandybegitu tahu orang itu Albert,manusia
yang paling mengesalkan baginya. Tapi, Albert juga lari tak mau kalah.
“Bukan Cuma
kamu yang buru-buru!” seru Albert berlari melampaui Shandy yang kesal tak
tertahankan.
“ Kenapa sih
pagi ini sial bangeet?” bati Shandy jengkel sambil berlari ke kelasnya.
***
Begitu
sampai dikelas, perkiraannya tidak meleset. Pak Ismail, guru Matematikanya yang
terkenal galk sudah selesai menulis judul materi yang akan dibahas, sementara
albert masih mematung di depan pintu. Shandymengetuk pintu kelas.
“ Permisi
Pak, maaf kami terlambat,” ucap Shandy. Albert hanya diam menatap Shandy. Pak
Ismail menatap mereka berdua beberapa saat, lalu menghela nafas. Suasana yang
tadinya cukup gaduh menjadi hening tiba-tiba.
“ Kalian
berdua ini. Tahu jam berapa sekarang ? Kalian buat apa di rumah sampai
terlambat?” tanyany sambil menunjuk jam
tangannya di depan Shandy dan Abert.
“ Maaf
Pak,tadi saya terlambat bangun,” jawab Shandy pelan berusaha terdengar sopan
dan beralasan.
“Kalau
kau,Albert?” Tanya Pak Ismail lagi, pada Albert yang berdiri di samping Shandy.
“Sama
Pak,”jawab Albert yang bagi Shandy sebagai omong kosong belaka.
“ Karena
kalian sama-sama telat, sama-sama telat bangun, tata tertib sekolah ini kan
ada, dan sanksinya tentu saja ada. Jadi kalian berdua jangan masuk jam saya
hari ini!” seru Pk Ismail membuat jantung Shandy berdetak kencang.
Kehilangan
satu bagian pelajaran Pak Ismail tak apalah sekali saja, tapi kalau kehilangan
jam itu dengan ditemanimusuh
bebuyutannya bukan hal gampang. Mak dengan langkah gontai kehilangan semangat,
shandy berjalan menuju teras kelasnya, duduk di lantai sambil melihat jam tangannya, menanti jam café
Bamboo buka. Karena jam mata pelajaran disekolahnya cukup panjanguntuk duduk
sebentar di tempat favoritnya itu.
“ Bukanya
nanti jam 09.00 masih lama” kata Albert seolah membaca pikiran Shandy.
“ Semua
orang juga tau bukanya jam 09.00,” timpal Shandy ketus, lalu membuka tasnya dan
mengambil buku matematikanya. Kehilangan satu jam mata pelajaran matematika tak
akan membuatku kehilangan satu bagian materi, pikirnya.
Shandy mulai
berkonsentrasi membaca materi. Saking seriusnya, dia juga tak sadar saat Albert
duduk disampinnya mengeluarkan sesuatu dari tasnya, dan meletakkan barang itu
di dekat Shandy.
Saat Shandy
sadar, diraihnya bungkusan kresek putih itu dan membukanya, box berlogo café
Bamboo. Betapa kagetnya Shandy, ad menu kesukaannya, grape shortcake ukuran
jumbo. Tapi albert baru saja pergi. Dia langsung mengemasi barangnya dan
menenteng kresek putih itu mulai menyusul Albert.
“Al!
Albeeert!” seru Shandy nyaring, nggak peduli kelas-kelas yang dia lewati sedang
penuh murid lagi belajar. Ia berlari menuju tempat Albert yang duduk di bawah
pohon di samping lapangan basket, membuat Albert mengangkat muka dari laptopnya
sebentar.
“Ini dari
kamu?” Tanya Shandy tanpa basa-basi, begitu tiba di depan Albert, namun Albert
hanya diam. Maka Shandy langsung duduk di samping cowok itu.
“Thanks nih.
Tapi gimana kamudapat kue ini, apalagi ini bukan porsi biasa?” ucap Shandy
dengan nada polos, membuat Albert tertawa.
“Kok
ketawa?” tanya Shandy masih dengan nada polosdan menatap Albert dengan heran.
“Kok nanya
gimana aku dapetnya. Ya, dibuatlah kuenya,” Kata Albert enteng dengan senyum pengertian pada shandy
yang terus menatapnya.
“Lho, kata
kak Rena yang punya resep kue ini cuma adiknya, Tian, yang juga pembuat kue
ini. Kamu Tian?” selidik Shandy. Ia tak menyangka akan mengatakan itu, dia begitu
mengagumi Tian sejak sejak mendengarnya dari Kak Rena.
“Baru sadar?
Ya, aku Tian yang buat grape shortcake favorit kamu, tiap hari. Rena itu kakak
perempuanku dan café itu nantinya akan menjadi cafeku. Nama lengkapku Albert
Waltian, perasaa kita sekelas deh, masa nggak tahu” cerita Albert singkat, tapi
membuat Shandy kehilangan kata-katakarena tak menyangka sedikitpun.
Ternyata
albert adalah cowok yang selama ini dikaguminya karena jago bikin grape
shortcake yang enak banget. Albert sudah mematikan laptopnya dan memasukkanyya
dalam tas, siap-siap beranjak dari bawah pohon yang nyaman itu.
“Boleh nggak
tiap hari aku minta dibuatin?” Tanya Shandy tiba-tiba saat Albert telah berdiri
“Ada
syaratnya,” tantang Albert dengan senyum jahilnya yang khas dan kembali duduk
di samping Shandy. Melihat itu, Shandy mulai waspada, dan berpikir, pasti ide
jahil yang lain. Tapi grape shortcake itu…
“Apa
syaratnya,” Tanya Shandy hati-hati setelah lama diam.
“ Jadilah
cewek spesialku,”kata albert lau beranjak dari tempatnya duduk. Mendengar hal
itu betapa kagetnya Shandy. Karena ekspresi Albert beda, nggak jahil seperti
biasanya. Tapi setelah berpikir sebentar, Shandy langsung menangkap tangan
Albert sebelum cowok itu jalan. Dipaksanya Albert duduk, dibukanya box kue itu lalu
diambilnya garpu kecil yang ada di dalam box itu. Shandy memotong kue itu, lalu
tanpa permisi disuapkan ke pembuatnya. Albert kaget, tapi spontan dibuka
mulutnya.
“Boleh. Thu
nggak Al? Dari dulu kamu itu juga special untukku,” ucap Shandy menatap Albert.
Albert hamper tersedak, tapi cepat mengambil botol air mineralnya dan
langsungminum dengan tergesa-gesa. Melihat itu, Shandy hanya tertawa dan
memakan sisa potongan tadi.
***
“ Jadi, bisa
minta resepnya?”bujuk Shandy saat istirahat. Albert hanya tersenyum jahil.
“ Bisa,
bukan Cuma resep, sekalian prakteknya. Tapi ada syaratnya,”Tanya Albert dengan
tertawa dan berlari sepanjang koridor.
“Apa?” seru
Shandy mengejar Albert sepanjang koridor disaksikan siswa lain yang bingung
melihat tingkah mereka.
Sumber :
Majalah Aneka Yess.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar