Rabu, 16 Januari 2013

GRAPE SHORTCAKE

-->
OLEH : Edelweis Ngelow
Amarah Shandy sudah sampai ubun-ubun melihat kelakuan teman sekelasnya yang super jail. Dia Albert, cowok yang entah kenapa ditakdirkan begitu jahil di muka bumi ini. Minggu lalu albert diam-diam menukar nasi goring shandy di kantin dengan nasi goring yang super pedas. Hari ini, Albert sukses ngebajak twitter Shandy dengan nge-tweet kalimat konyol. Hihihi….



Dengan langkah menahan amarah, Shandy berjalan keluar dari ruang kelasnya yang kosong karena tak ada guru mengajar. Shandy terus beralan hingga berhenti didepan gerbang, sekilas dilihatnya satpam sekolahnya sedang asyik menonton TV diminiTV yang ada di pos penjaga. Maka dengan setengah mengendap, setengah tak peduli, Shandy berjalan keluar sekolah. Dia tidak bermaksud bolos, hanya saja suasana sekolah apalagi kelasnya, membuat shandy melewati gerbang deengan nekat.
Shandy menyebrang jalan lalu sedikit berlari kesalah satu tempat favoritnya, café Bamboo. Dengan langkah penuh percaya diri, dia melewati pintu kaca yang menjadi sekat antara dirinya dan makanan favoritnya, grape shortcake. Di meja kasir, segera dia sambut dengan ramah oleh Kak Rena, yang tak lain adalah wakil manager di café itu.
“ Hai San, tumben cepat amat  datangnya?” Tanya Kak Rena tersenyum ramah
“ Sumpek di sekolah, apalagi di kelas, mending aku kesini, makan sekalian nenangin pikiran.” Ucap shandy tak dapat menyembunyikan nada kesalnya.
“ Hmm terserah kamu deh. Mau pesan apa? Menu biasa?” Tanya Kak Rena yang sudah akrab dengan Shandy sejak Shandy menjadi pelanggan tetap di bakery dan cafenya itu.
“ Iya biasa deh Kak. Tapi ditambah satu porsi di bungkus ya. Terima kasih Kak,” jawab Shandy sambil membuka dompetnya. Lalu membayar pesanannya, mengambil makanannya dan mencari tempat duduk.
Sambil menikmati grape shortcake dan jus alpukat, Shandy mengingat bagaimana dia menjadi sangat tertarik dengan café sekaligus bakery ini. Karena satu hal sederhana saja, yaitu café ini  menyediakan menu kesukaannya: grape shortcake dan jus alpukat. Maka dengan senang hat, dia menjadi salah satu pelanggan tetap di café ini.
Selain itu, café ini juga sangat strategis karena dekat dengan SMA Harapan Bangsa sekolah Shandy. Murid sekolah shandy tidak sedikit dan sekolah ini salah satu sekolah favorit. Tak heran jika bukan hanya Shandy, tapi hampir semua warga sekolahnya sudah pernah singgah ke café ini. Mengingat hal –hal itu, membuat Shandy lupa sejenak pada kejadian di kelas tadi, lupa pada Albert.
***
Kring…Kring…Kring...Alarm hello kitty Shandy membuat mata gadis itu terpaksa terbuka.
“ Jam berapa sih? Perasaan baru tidur sebentar?” keluh Shandy dalam hati. Begitu melihat jam, sontak dia bangun dengan kaget. Nggak menyangka akan seterlambat itu.
“ Jam 06.00? Aduh telat! Mandi! Mandi!” dengan panic shandy menyambar handuknya dan melompat ke kamar mandi.
***
Akhirnya sampai juga di sekolah. Dengan panic, Shandy menyebrang lapangan basket yang ada di antara lobby sekolah dan kelasnya. Sekolahnya tidak sepi-sepi amat, masih ada beberapa kelas yang belum masuk. Tapi begitu melihat kelasnya sudah sepi, segera shandy menambah kecepatan larinya, hingga BRUKK! Dia menabrak seseorang.
“ Maaf,maaf, saya lagi buru-buru, maaf pak,” kata shandy mengira orang yang ditabraknya adalah salah seorang gurunya. Tapi, begitu melihat siapa yang ditabraknya, ia jadi geram.
“Kamu? Minggir, aku buru-buru nih!” seruduk Shandybegitu tahu orang itu Albert,manusia yang paling mengesalkan baginya. Tapi, Albert juga lari tak mau kalah.
“Bukan Cuma kamu yang buru-buru!” seru Albert berlari melampaui Shandy yang kesal tak tertahankan.
“ Kenapa sih pagi ini sial bangeet?” bati Shandy jengkel sambil berlari ke kelasnya.
***
Begitu sampai dikelas, perkiraannya tidak meleset. Pak Ismail, guru Matematikanya yang terkenal galk sudah selesai menulis judul materi yang akan dibahas, sementara albert masih mematung di depan pintu. Shandymengetuk pintu kelas.
“ Permisi Pak, maaf kami terlambat,” ucap Shandy. Albert hanya diam menatap Shandy. Pak Ismail menatap mereka berdua beberapa saat, lalu menghela nafas. Suasana yang tadinya cukup gaduh menjadi hening tiba-tiba.
“ Kalian berdua ini. Tahu jam berapa sekarang ? Kalian buat apa di rumah sampai terlambat?”  tanyany sambil menunjuk jam tangannya di depan Shandy dan Abert.
“ Maaf Pak,tadi saya terlambat bangun,” jawab Shandy pelan berusaha terdengar sopan dan beralasan.
“Kalau kau,Albert?” Tanya Pak Ismail lagi, pada Albert yang berdiri di samping Shandy.
“Sama Pak,”jawab Albert yang bagi Shandy sebagai omong kosong belaka.
“ Karena kalian sama-sama telat, sama-sama telat bangun, tata tertib sekolah ini kan ada, dan sanksinya tentu saja ada. Jadi kalian berdua jangan masuk jam saya hari ini!” seru Pk Ismail membuat jantung Shandy berdetak kencang.
Kehilangan satu bagian pelajaran Pak Ismail tak apalah sekali saja, tapi kalau kehilangan jam itu  dengan ditemanimusuh bebuyutannya bukan hal gampang. Mak dengan langkah gontai kehilangan semangat, shandy berjalan menuju teras kelasnya, duduk di lantai sambil  melihat jam tangannya, menanti jam café Bamboo buka. Karena jam mata pelajaran disekolahnya cukup panjanguntuk duduk sebentar di tempat favoritnya itu.
“ Bukanya nanti jam 09.00 masih lama” kata Albert seolah membaca pikiran Shandy.
“ Semua orang juga tau bukanya jam 09.00,” timpal Shandy ketus, lalu membuka tasnya dan mengambil buku matematikanya. Kehilangan satu jam mata pelajaran matematika tak akan membuatku kehilangan satu bagian materi, pikirnya.
Shandy mulai berkonsentrasi membaca materi. Saking seriusnya, dia juga tak sadar saat Albert duduk disampinnya mengeluarkan sesuatu dari tasnya, dan meletakkan barang itu di dekat Shandy.
Saat Shandy sadar, diraihnya bungkusan kresek putih itu dan membukanya, box berlogo café Bamboo. Betapa kagetnya Shandy, ad menu kesukaannya, grape shortcake ukuran jumbo. Tapi albert baru saja pergi. Dia langsung mengemasi barangnya dan menenteng kresek putih itu mulai menyusul Albert.
“Al! Albeeert!” seru Shandy nyaring, nggak peduli kelas-kelas yang dia lewati sedang penuh murid lagi belajar. Ia berlari menuju tempat Albert yang duduk di bawah pohon di samping lapangan basket, membuat Albert mengangkat muka dari laptopnya sebentar.
“Ini dari kamu?” Tanya Shandy tanpa basa-basi, begitu tiba di depan Albert, namun Albert hanya diam. Maka Shandy langsung duduk di samping cowok itu.
“Thanks nih. Tapi gimana kamudapat kue ini, apalagi ini bukan porsi biasa?” ucap Shandy dengan nada polos, membuat Albert tertawa.
“Kok ketawa?” tanya Shandy masih dengan nada polosdan menatap Albert dengan heran.
“Kok nanya gimana aku dapetnya. Ya, dibuatlah kuenya,” Kata Albert  enteng dengan senyum pengertian pada shandy yang terus menatapnya.
“Lho, kata kak Rena yang punya resep kue ini cuma adiknya, Tian, yang juga pembuat kue ini. Kamu Tian?” selidik Shandy. Ia tak menyangka akan mengatakan itu, dia begitu mengagumi Tian sejak sejak mendengarnya dari Kak Rena.
“Baru sadar? Ya, aku Tian yang buat grape shortcake favorit kamu, tiap hari. Rena itu kakak perempuanku dan café itu nantinya akan menjadi cafeku. Nama lengkapku Albert Waltian, perasaa kita sekelas deh, masa nggak tahu” cerita Albert singkat, tapi membuat Shandy kehilangan kata-katakarena tak menyangka sedikitpun.
Ternyata albert adalah cowok yang selama ini dikaguminya karena jago bikin grape shortcake yang enak banget. Albert sudah mematikan laptopnya dan memasukkanyya dalam tas, siap-siap beranjak dari bawah pohon yang nyaman itu.
“Boleh nggak tiap hari aku minta dibuatin?” Tanya Shandy tiba-tiba saat Albert telah berdiri
“Ada syaratnya,” tantang Albert dengan senyum jahilnya yang khas dan kembali duduk di samping Shandy. Melihat itu, Shandy mulai waspada, dan berpikir, pasti ide jahil yang lain. Tapi grape shortcake itu…
“Apa syaratnya,” Tanya Shandy hati-hati setelah lama diam.
“ Jadilah cewek spesialku,”kata albert lau beranjak dari tempatnya duduk. Mendengar hal itu betapa kagetnya Shandy. Karena ekspresi Albert beda, nggak jahil seperti biasanya. Tapi setelah berpikir sebentar, Shandy langsung menangkap tangan Albert sebelum cowok itu jalan. Dipaksanya Albert duduk, dibukanya box kue itu lalu diambilnya garpu kecil yang ada di dalam box itu. Shandy memotong kue itu, lalu tanpa permisi disuapkan ke pembuatnya. Albert kaget, tapi spontan dibuka mulutnya.
“Boleh. Thu nggak Al? Dari dulu kamu itu juga special untukku,” ucap Shandy menatap Albert. Albert hamper tersedak, tapi cepat mengambil botol air mineralnya dan langsungminum dengan tergesa-gesa. Melihat itu, Shandy hanya tertawa dan memakan sisa potongan tadi.
***
“ Jadi, bisa minta resepnya?”bujuk Shandy saat istirahat. Albert hanya tersenyum jahil.
“ Bisa, bukan Cuma resep, sekalian prakteknya. Tapi ada syaratnya,”Tanya Albert dengan tertawa dan berlari sepanjang koridor.
“Apa?” seru Shandy mengejar Albert sepanjang koridor disaksikan siswa lain yang bingung melihat tingkah mereka.

Sumber : Majalah Aneka Yess.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar